Kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ182 kembali mengingatkan publik akan keselamatan penerbangan, termasuk berbagai teknologi yang berpotensi sebagai lapisan keamanan tambahannya. Salah satunya, ide parasut untuk pesawat, apakah mungkin diterapkan?John Farese, seorang pengacara di AS dengan pengalaman 42 tahun menerbangkan pesawat Cessna 182 1978 miliknya, pernah terselamatkan dari kecelakaan berkat teknologi sederhana namun pintar, parasut di pesawatnya.Baca juga: Mengurai Ide Parasut Pesawat Cegah Kecelakaan Temuan Vladimir Tatarenko
Jenis parasut ini banyak ditemukan pada pesawat ringan. Beberapa produsen dan engineer pesawat berpendapat bahwa jika mereka dipasang di pesawat komersial, nyawa ratusan orang dapat diselamatkan dalam keadaan darurat di udara. Jadi mengapa perusahaan pesawat tidak menerapkan ide ini untuk semua pesawat? Nyatanya, tidak semudah itu."Saya pikir saya sudah mati saat itu. Yang menyelamatkan nyawa saya adalah parasut yang mampu membawa seluruh pesawat, itu cukup memperlambat penurunannya," kenang Farese. Seperti dikutip dari BBC, dia selamat dengan punggung terkilir.Mengambil risikoPada pesawat kecil seperti yang diproduksi oleh Cessna atau Cirrus, parasut disimpan di dalam badan pesawat, baik di jok belakang atau di bagian tengah sayap, di atas kokpit. Dalam keadaan darurat, pilot harus menarik pegangan di langit-langit pesawat.Pesawat juga dilengkapi dengan fitur lain yang membantu meredam saat jatuh, seperti aluminium yang dapat dihancurkan, dan roda pendaratan yang dirancang untuk keruntuhan terkendali selama pendaratan darurat.Salah satu produsen utama saluran seluruh pesawat adalah Ballistic Recovery Systems (BRS), yang berbasis di Miami, Florida. Sang pendiri, Boris Popov membuat pesawat yang dilengkapi parasut dengan kapasitas terbesarnya untuk lima orang.Baca juga: Google Maps Tampilkan Titik Jatuh Pesawat Sriwijaya Air SJ182Popov berencana memasang parasut di pesawat dengan kapasitas hingga 20 penumpang. Dia percaya bahwa pada prinsipnya, kita dapat memasangnya di pesawat yang jauh lebih besar, bahkan mungkin pesawat penumpang yang besar."Tidak ada keraguan bahwa pesawat komersial besar di masa depan akan dilengkapi dengan semacam sistem pemulihan parasut," yakinnya.Namun apakah ini prospek yang realistis? Nyatanya banyak yang skeptis, dengan alasan mulai dari potensi besar teknologi yang dibutuhkan hingga kurangnya permintaan.Selanjutnya: Memakan kapasitas muatan pesawat secara signifikanPeneliti penerbangan dari Brunel University di Inggris, Guy Gratton, mengatakan bahwa secara teknologi memungkinkan untuk melengkapi sebuah pesawat dengan parasut, tetapi banyak pertanyaan yang harus dijawab sebelum menerapkannya."Anda pasti akan kehilangan muatan pesawat dalam jumlah yang sangat besar. Jadi Anda harus mengurangi jumlah penumpang yang dapat Anda bawa secara signifikan," ujarnya.Baca juga: Menkominfo: Jangan Perkeruh Suasana dengan Sebar Hoax Sriwijaya Air"Semua fitur keselamatan yang tersedia di pesawat telah dipilih atas dasar 'apa yang paling mungkin untuk menyelamatkan nyawa dengan jumlah uang dan berat tertentu'," tambahnya.Pada akhirnya, sulit merancang sistem parasut yang cukup besar untuk membawa beban pesawat komersial. Pesawat terbesar, Airbus A380, dapat mengangkut hingga 853 orang, dan beratnya hampir 400 kali lipat dari pesawat pribadi kecil, dan itu belum termasuk penumpang dan bagasi."Setiap sistem parasut (di Airbus) harus berukuran sangat besar dan terdiri dari banyak kanopi. Sistem parasut akan menjadi kompleks, besar, dan berat serta membutuhkan banyak perangkat keamanan sehingga membuat penerapan menjadi tidak mungkin," kata Alizee Genilloud, manajer hubungan media di Airbus.Pendapat lain disampaikan Viktor Lyalin selaku kepala desainer Scientific Research Institute of Parachute Design and Production di Rusia. Dia setuju bahwa sistem parasut dapat digunakan untuk secara drastis mengurangi kecepatan dan menghindari korban manusia selama kecelakaan lepas landas dan pendaratan. Namun kelemahannya, sistem ini tidak akan tersedia dalam waktu dekat karena mereka membutuhkan desain ulang pesawat yang ekstensif.Baca juga: Cara Flightradar24 Pantau Pesawat Sriwijaya Air Hilang Kontak
Sementara itu, Boris Popov bersikukuh bahwa semua pesawat dari semua ukuran segera memiliki sistem pemulihan parasut. Yang diperlukan adalah kemauan dari publik sendiri."Banyak orang terus bertanya, mengapa kita tidak bisa memiliki sistem parasut di pesawat besar? Nah, jika cukup banyak orang yang memintanya, hal itu akan memaksa produsen pesawat dan pemerintah untuk membuat perubahan revolusioner ini," tutupnya.