Mengenal Gemblak, ABG Tampan Asisten Warok Sang Ksatria Pimpinan Reog

Mengenal Gemblak, ABG Tampan Asisten Warok Sang Ksatria Pimpinan Reog

pin2022/11/09 05:41:11 WIB
Penari jathil dulunya merupakan gemblak. Foto: Istimewa

Bicara warok dalam kesenian Reog Ponorogo tak bisa dilepaskan dari sosok gemblak. Gemblak merupakan anak laki-laki tampan, ya harus tampan, yang menjadi asisten warok.Dalam tradisi lawas, warok di Ponorogo tidak bisa dipisahkan dengan kesenian Reog. Dia adalah sosok ksatria dan amat berwibawa. Sudah begitu, warok memiliki ilmu kanuragan yang mumpuni. Makanya, warok selalu mendapatkan posisi sebagai pemimpin kelompok Reog.Untuk mendapatkan kesaktian dan ilmu kanuragan tiada banding itu, warok harus menjalani puasa perempuan. Alias, menjauhi perempuan. Warok dilarang berhubungan dengan perempuan, termasuk istri-istri mereka.Padahal, warok tetap butuh bantuan untuk hidup sehari-hari. Mereka pun merekrut gemblak, yang bertugas untuk membantu menyiapkan ritual dan kebutuhan lainnya. Boleh dibilang gemblak berperan sebagai asisten warok.Baca juga: Asal-usul Reog Ponorogo: Saling Ejek, Perburuan Cinta, hingga Perang KerajaanSyarat utama seorang gemblak adalah laki-laki yang baru menginjak remaja. Biasanya berusia 12-15 tahun. Dan, harus tampan."Ketika dulu gemblak eksis di Ponorogo, itu adalah kearifan lokal. Tradisi yang ada di tengah-tengah masyarakat pada saat itu, seperti itu adanya," kata Kepala Disbudparpora Ponorogo Yudha Slamet Sarwo Edi."Gemblak adalah sosok seorang laki-laki yang ganteng. Diidolakan," ujarnya.Penari jathil dulunya gemblak. Foto: IstimewaYudha menerangkan, dalam satu kelompok warok, biasanya terdapat dua sampai tiga gemblak. Para gemblak itu direkrut bukan dengan cuma-cuma. Warok harus membayar mahar per tahun untuk bisa menjadikan anak laki-laki menjadi gemblak. Biasanya, dihargai dengan satu ekor lembu setiap tahun. Biasanya, masa kerja gemblak adalah 2 tahun.Pegiat seni Reog Ponorogo, Sudirman, mengatakan bahwa gemblak lebih dari asisten warok. Dia menyebut gemblak merupakan anak emas warok dan harus menjadi idola publik. Makanya, warok sangat menjaga gemblak sebagai aset mereka. "Gemblak itu diibaratkan public figure yang dielu-elukan, yang dijadikan anak emas, dipelihara, diopeni (dirawat), dijaga keseluruhannya dari attitudenya, budi pekertinya, karakternya. Itu harus nyaris sempurna," kata Dirman yang pernah menjadi gemblak di tahun 1970-an itu.Baca juga: Wah Gila Sih! Pemain Reog Angkat Dadak Merak 40Kg Pakai Gigi, Bukan BahuSelanjutnya: gemblak wajib tampan Setiap gemblak wajib punya wajah rupawan. Penampilan mereka dijaga agar tetap menarik."Semua harus kelihatan bersih, rapi, menarik. Berbadan harum, wangi, selalu pakai pomade. Rambutnya 5 hari sekali harus dipotong. Kuku-kukunya dirapikan, dibersihkan. Baju rapi setiap hari harus ganti," dia mengenang masa ABG-nya."(Gemblak) tidak boleh kena panas. Pakai kacamata bahkan dipayungi. Tidak boleh kena debu. Dia harus pakai sandal dan kaos kaki. Dia harus kelihatan sempurna. Bajunya press body, ya mungkin seperti bintang sinetron saat ini," katanya.Pegiat Reog Ponorogo dan mantan gemblak, Sudirman. Foto: Putu Intan/detikcomSelain menjaga penampilan, gemblak juga harus berpendidikan. Dirman memaparkan bahwa mereka dilatih untuk bertingkah laku yang baik dan disekolahkan."Pendidikan kepribadian pada gemblak ini ketat. Mereka tidak boleh sembarangan. Duduk diatur, jalan diatur, berbicara diatur, berbusana pun diatur," ujar dia.Baca juga: Bukan Sekadar Tari, Reog Ponorogo Kerap 'Gigit' Penguasa DurjanaHal serupa juga diungkapkan peneliti Reog Ponorogo Rido Kurnianto. Ketika gemblak diangkat oleh warok, terjadi kaderisasi warok untuk para gemblak. Artinya, gemblak-gemblak ini diberi ilmu yang akan menjadi bekal mereka di masa depan."Harus belajar, harus sekolah sehingga para gemblak banyak yang jadi PNS, pejabat, pegawai swasta, ada di sektor-sektor penting pemerintah, ada yang menjadi guru dan seterusnya. Ini yang barangkali tidak diketahui khalayak," ia memaparkan.Di samping itu, selama bersama warok, gemblak juga belajar menari jathilan. Dirman termasuk mantan gemblak yang hingga saat ini masih menari jathilan.Pegiat Reog Ponorogo dan mantan gemblak, Sudirman. Foto: Putu Intan/detikcomMenurut Dirman, penari jathil atau penari kuda sangat cocok diperankan gemblak. Pasalnya, makna dari tari jathil adalah menyindir pasukan Majapahit yang tidak jantan karena tak berani berperang."Jathilan Ponorogo ditarikan dengan lemah gemulai, dengan lentur, dengan mengalun, itu karena mungkin ini diceritakan bahwa tari jathilan sebagai bentuk sindiran untuk prajurit Majapahit yang tidak memiliki sifat satria berani berperang. Sehingga disindir, jathilan kok seperti banci, tentara kok seperti banci," dia menjelaskan."Kita mencari figur sesuai satire. Siapa yang dijadikan prajurit, oh anak muda, yang cakep, tampan, karena dirias sedikit akan kelihatan cantik. Jadi, masuk ke dalam sindiran," dia menambahkan.Dirman menyebut kini gemblak sudah tidak ada. Dirman mengatakan zaman sudah tidak sesuai lagi untuk praktik warok dan gemblak seperti di masa lampau."Sekarang sudah ada aturan pemerintahan tidak boleh anak tidak sekolah kemudian dijadikan gemblak. Karena, itu melanggar aturan perlindungan anak. Tidak cocok. Makanya tidak ada. Itu sudah dongeng, cerita di masa lalu," kata guru SMPN 1 Jetis Ponorogo ini.Baca juga: Kisah Mbah Tobron, 80 Tahun Mencintai Reog Ponorogo

Klik untuk melihat komentar
Lihat komentar
Artikel Lainnya