Biografi Imam Syafi'i, Ulama Besar Pendiri Mazhab Syafi'i

Biografi Imam Syafi'i, Ulama Besar Pendiri Mazhab Syafi'i

kri2024/10/02 12:30:15 WIB
Ilustrasi Imam Syafi'i. Foto: Getty Images/iStockphoto/HStocks

Imam Syafi'i adalah seorang mufti besar Sunni pendiri mazhab Syafi'i. Mahzab ini yang sangat terkenal di kalangan umat Islam, terutama di Indonesia. Ajarannya banyak diadopsi oleh ulama dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.Berikut penjelasan lengkap mengenai biografi Imam Syafi'i, termasuk riwayat kelahiran, pendidikan, dan karya-karyanya.Baca juga: Biografi Ibnu Firnas, Cendekiawan Muslim Pelopor Pesawat TerbangKelahiran Imam Syafi'iDikutip dari buku Kitab Terlengkap Biografi Empat Imam Mazhab karya Ustadz Rizem Aizid, Imam Syafi'i lahir di Ashkelon, Gaza, Palestina tahun 150 H atau 767 M. Ia adalah seorang mufti besar Sunni Islam dan juga pendiri Mazhab Syafi'i.Bila dilihat dari nasabnya, Imam Syafi'i tergolong kerabat Rasulullah SAW. Sebab, ia termasuk dalam bani Muthalib atau keturunan dari Al-Muthalib, saudara dari Hasyim, yang tidak lain adalah kakek Rasulullah SAW.Imam Syafi'i adalah putra dari pasangan Idris bin Abbas dan Fatimah Al-Azdiyyah. Saat Imam Syafi'i masih dalam kandungan, ibunya, Fatimah, bermimpi melihat bintang yang keluar dari perutnya dan terbang tinggi, kemudian pecah dan menerangi sekeliling. Setelah menanyakan makna mimpinya kepada ahli mimpi, ia diberitahu bahwa ia akan melahirkan seorang putra yang ilmunya meliputi jagat raya. Mimpi tersebut terbukti benar ketika Imam Syafi'i tumbuh menjadi ulama besar yang menerangi dunia dengan pemikiran dan ilmunya.Kelahiran Imam Syafi'i bertepatan dengan wafatnya dua ulama besar di Madinah dan Makkah, yang memicu ramalan bahwa ia akan menjadi pengganti mereka. Banyak ahli firasat melihat ini sebagai pertanda bahwa Imam Syafi'i akan dianugerahi kemahiran dan keahlian dalam pengetahuan. Hal itu juga ditegaskan oleh Imam Ahmad bin Hanbal, yang berkata,"Sesungguhnya, Allah telah menakdirkan setiap seratus tahun, ada seseorang yang akan mengajarkan sunnah dan akan menyingkirkan para pendusta terhadap Rasulullah SAW Kami berpendapat pada seratus tahun yang pertama, Allah menakdirkan Umar bin Abdul Aziz dan pada seratus tahun berikutnya, Allah menakdirkan Imam Syafi'i."Perjalanan Imam Syafi'i Menuntut IlmuBuku Ensiklopedia Imam Syafi'i karya Ahmad Nahrawi Abdus Salam Al-Indunisi menggambarkan Imam Syafi'i sebagai pelajar teladan yang menguasai banyak ilmu. Ia sepenuhnya terjun ke dalam dunia ilmu, mempelajari Al-Qur'an, tafsir, hadits, fiqih, serta sastra dan syair.Makkah adalah tempat pertama Imam Syafi'i menimba ilmu. Ketika berusia dua tahun, ia dan keluarganya hijrah ke Hijaz, dan pada usia sepuluh tahun, mereka kembali ke Makkah. Di sana, Imam Syafi'i dididik oleh paman-pamannya dan mendapatkan pendidikan umum di sekolah Al-Kuttab.Selama di Makkah, ia berguru kepada banyak ulama dalam berbagai bidang keilmuan. Ia belajar fikih dari Muslim bin Khalid Az-Zanji, membaca Al-Qur'an dari Ismail bin Qunsthanthin, dan sastra Arab dari kabilah Hudzail, yang dikenal fasih berbahasa Arab. Karena itu, Imam Syafi'i sangat mahir dalam syair dan kesusastraan.Setelah itu, Imam Syafi'i pindah ke Madinah dan menjadi murid Imam Malik bin Anas saat usianya 20 tahun.Imam Malik, adalah seorang huffadz yang menghafal 100.000 hadits, peneliti perawi hadits-hadits, dan hanya menganggap 5.000 hadits sebagai shahih, yang kemudian dikumpulkan dalam kitab Al-Muwatha'. Imam Syafi'i berhasil menghafal seluruh isi kitab tersebut.Kedekatan Imam Syafi'i dengan Imam Malik semakin kuat. Imam Malik menyatakan, "Tidak ada seorang Quraisy yang pernah datang kepadaku yang lebih paham daripada anak muda ini."Sementara itu, Imam Syafi'i mengakui, "Jika disebutkan tentang para ulama, maka Malik adalah bintangnya."Semangat belajar Imam Syafi'i tidak berhenti di situ. Ia terus mengembangkan potensi diri dengan mempelajari ilmu-ilmu lain, termasuk ilmu supranatural di Yaman, fikih Mazhab Hanafi di Irak, serta memanah dan berkuda di pedalaman Arab Badui.Dalam buku Fikih Ibadah Madzhab Syafi'i karya Syaikh Alauddin Za'tari, Imam Syafi'i menyatakan, "Hobiku adalah memanah dan mencari ilmu. Kelihaianku dalam memanah adalah 10 dari 10. Jika ada 10 sasaran panah, maka 10 itulah yang terpanah."Ia juga mengatakan, "Saya sangat menyukai memanah, hingga seorang tabib memperingatkan agar saya tidak sering kepanasan karena khawatir paru-paruku rusak."Ar-Rabi' bin Sulaiman menambahkan, "Dulu Syafi'i itu sangat pandai berkuda dan sangat pemberani. Ketika kudanya sedang makan, Syafi'i menjewer telinganya dan tiba-tiba kuda itu melompat di atas punggungnya."Imam Syafi'i meninggal tahun 204 H pada usia 54 tahun. Dalam hal ini, Rabi'in bin Sulaiman (murid Imam Syafi'i) berkata, "Imam Syafi'i berpulang ke Rahmatullah sesudah menunaikan ibadah salat Maghrib, petang Kamis malam Jumat, akhir bulan Rajab, dan kami memakamkan beliau pada hari Jumat. Sorenya, kami melihat hilal bulan Sya'ban 204 H."Salah satu penyebab meninggalnya Imam Syafi'i adalah karena penyakit wasir yang dideritanya selama kurang lebih empat tahun. Selama itu, ia menanggung sakit demi ijtihadnya yang baru (qaul jadid) di Mesir. Ia mengajar, meneliti dialog, dan mengkaji hadits tanpa mengenal waktu, baik siang maupun malam.Karya-karya Imam Syafi'iImam Syafi'i telah melahirkan banyak karya, di antara yang paling terkenal adalah Ar-Risalah. Kitab ini merupakan yang pertama dalam bidang ushul fikih dan menampilkan gagasan cemerlang Imam Syafi'i mengenai metode penggalian hukum Islam.Ar-Risalah menjadi rujukan utama bagi ahli ushul fikih di masa setelahnya dan saat ini dalam menyusun karya-karya mereka, serta lebih banyak membahas teoretis dan landasan istinbath hukum (pembentukan suatu hukum).Karya lainnya adalah Al-Hujjah, yang ditulis saat Imam Syafi'i berada di Baghdad dan kemudian disebarkan oleh Az-Za'farani.Selanjutnya, Al-Umm adalah kitab terbaik yang menjadi pegangan hukum (fikih) bagi mazhab Syafi'i. Kitab ini mencakup beragam pembahasan hukum dan menjadi rujukan utama bagi para pengikut mazhab Syafi'i.Al-Umm diakui sebagai kitab fikih terbesar pada masanya, membahas berbagai persoalan fikih secara lengkap dengan disertai dalil-dalil dari Al-Qur'an, sunnah, ijma', dan qiyas. Isi kitab ini menunjukkan kedalaman ilmu Imam Syafi'i dalam bidang fikih.Baca juga: Kisah Orang Masuk Surga dan Neraka gegara Seekor Lalat

Klik untuk melihat komentar
Lihat komentar
Artikel Lainnya