Warga Padukuhan Temanggal II, Kalurahan Purwomartani, Kapanewon Kalasan, Sleman, dikejutkan dengan kemunculan ular king cobra berukuran cukup besar. Lalu apakah di lokasi temuan ular itu merupakan habitat dari spesies ular berbisa paling berbahaya di dunia itu?Pencinta satwa dari Yayasan Wahana Gerakan Lestari Indonesia (Wagleri), Hanif Kurniawan, memastikan dari video dan foto penangkapan ular, bisa dipastikan bahwa jenis reptil itu merupakan king cobra."Ketika kemarin saya dapat video itu langsung kelihatan banget tidak meragukan lagi kalau itu king cobra," kata Ketua Wagleri, Hanif Kurniawan, saat dihubungi detikJogja, Jumat (11/10/2024).Informasi temuan king cobra tersebut kemudian dia bawa ke forum herpetologi Jogja. Dari situ kemudian terjadi diskusi.Baca juga: 3 Fakta Ular King Cobra 2,5 Meter Teror Warga Kalasan SlemanMenurut Hanif, ada yang menyatakan jika lokasi temuan king cobra merupakan habitat alaminya. Akan tetapi, hal ini masih menjadi perdebatan di kalangan pecinta satwa terutama ular, dan perlu pembuktian lebih lanjut."Ada kolega menyatakan bahwasanya di daerah itu (di lokasi temuan king kobra), memang harusnya merupakan habitat. Kalau dari analisisnya drh Slamet. Tapi kami masih ada perdebatan," sebutnya.Pasalnya, ada kemungkinan jika ular tersebut sengaja dilepasliarkan oleh orang."Yang kedua, apakah itu lepasan wong ngingu (orang yang memelihara ular), tapi sampai hari ini tidak ada informasi lebih lanjut," ucap dia.Meski begitu, kemungkinan wilayah Temanggal II menjadi habitat king cobra juga masih terbuka. Apalagi warga mengatakan di lokasi itu terdapat dua ular. Selain itu kontur alam Temanggal yang berdekatan dengan sungai dan kawasan berbatu."Jadi kalau drh Slamet kemarin bilang karena itu dekat dengan kawasan sungai yang berbatu dan itu menghubungkan bukit-bukit dan itu disinyalir bisa menjadi habitatnya king cobra," ujarnya."Kalau dulu kan dikiranya king cobra itu ada di daerah Gunungkidul yang daerah perbukitan kapur," imbuhnya.Baca juga: Damkar Ungkap Masih Ada King Cobra Berkeliaran di Kalasan SlemanDi sisi lain, Hanif menyayangkan aksi warga yang membunuh king cobra tersebut. Sebab, selama ini dari data di komunitasnya kemunculan king cobra di Sleman tak sering terjadi."Yang kita sayangkan adalah kenapa king cobranya itu dibunuh terus nggak tahu sekarang ke mana. Kalau itu bisa kita analisis mungkin dibawa ke kawan-kawan kampus paling nggak bisa jadi bahan penelitian lebih lanjut. Bener nggak itu king cobra dari sini, bener nggak kira-kira di situ habitatnya," katanya.Dia pun mengimbau kepada masyarakat jika menemukan king cobra agar bisa menjauh. Selain itu, segera melapor ke instansi terkait."Nggak perlu diganggu, tinggal difoto (laporkan). Setelah itu biar kawan-kawan yang paham tentang itu untuk menyikapi lebih jauh," ujar dia.Langkah itu penting dilakukan masyarakat karena di Indonesia belum ada antibisa untuk king cobra. Sehingga jika tergigit, kemungkinan meninggalnya lebih tinggi."Di Indonesia itu kan cuma punya 1 antivenom untuk 3 spesies ular saja. Hanya untuk kobra Jawa, welang, ketiganya viper tanah, itu aja. King cobra kita nggak punya antivenom-nya. Biasanya kita dapatnya dari Thailand, itu pun susah carinya," katanya.Diberitakan sebelumnya, teror ular kobra menghantui warga Padukuhan Temanggal II, Purwomartani, Kapanewon Kalasan, Sleman. Lokasi rumah yang ditemukan ada kobra berada di sekitar rawa-rawa.Ular berbisa 2,5 meter tersebut kemudian dibunuh oleh warga sebelum Damkar Sleman datang mengevakuasi."Nggih, kemarin dimatikan warga pada saat kita sampai lokasi," kata Plt Kabid Damkar Sleman, Sri Madu Rakyanto, kepada wartawan, Kamis (10/10).