Jalan-jalan Murah, Ya di Jakarta

Jalan-jalan Murah, Ya di Jakarta

sym2025/01/02 19:35:23 WIB
Wisatawan foto-foto di anjungan Halte Bundaran HI (Rifkianto Nugroho)

Transportasi umum di Jakarta berkembang pesat dan boleh dibilang menjadi yang terbaik di Indonesia. Ongkos yang relatif murah dan terhubung satu sama lain membuat perjalanan menjadi menyenangkan.Sekitar delapan tahun yang lalu, saya dibuat terpukau dengan layanan commuter line, KRL, kereta listrik yang menghubungkan kawasan Tangerang dengan Jakarta. Ternyata ada transportasi publik di negeri ini yang terjadwal dan relatif tepat waktu, meski kadang kala bikin keki dengan kepadatan penumpang dalam satu gerbong.Saya menjadi bisa mengira-ira jam berapa sebaiknya berangkat dari rumah, sampai di stasiun KRL, hingga bikin janji temu dengan seseorang. Saya juga bisa tahu kereta mana yang sebaiknya saya pilih agar tidak kepagian atau pun kesiangan tiba di kantor. Saya juga bisa menskenariokan jalur yang saya gunakan untuk mencapai destinasi wisata di akhir pekan.Sejak itu pula, sewindu lalu itu, saya setia menggunakan KRL. Kini bahkan lebih nyaman lagi, stasiun KRL dihubungkan dengan jembatan, skywalk, dan banyak cara untuk terhubung dengan TransJakarta, LRT, atau pun MRT.Saya menjadi lebih leluasa memilih moda transportasi umum di 'jam koma' atau jam sibuk. Tetapi, memang kadang kala kepadatan penumpang di jam-jam sibuk masih sering bikin keki. Setidaknya, kepadatan itu terurai lebih cepat, karena, terutama Transjakarta, bisa memberikan headaway atau jarak waktu tunggu kedatangan unit.Dalam situs resmi Transjakarta, saat ini jalur Transjakarta terbentang sepanjang 251.2km dan memiliki 260 halte yang tersebar di seluruh wilayah Jakarta dan sekitarnya pada 13 koridor. Selain jalur khusus Transjakarta untuk layanan BRT (Bus Way), Transjakarta juga menggunakan jalur jalan biasa.Dalam situs itu juga dicantumkan, headway Transjakarta di jam sibuk adalah 25 menit dan di jam normal 30 menit. Adapun, headway KRL berkisar 10-15 menit dengan variasi 5-120 menit tergantung lintas dan jam operasional. Kemudian, headway MRT Jakarta adalah 5-10 menit dan headway LRT Jabodebek adalah 10 menit.Sebagai anak rantau, pengalaman menggunakan transportasi umum itu juga mengajari saya banyak hal. Penumpang santai memainkan HP di KRL, ada pula yang mendengarkan musik atau bahkan menonton film.Mereka dan saya merasa aman di dalam kendaraan umum.Petugas berjalan di dekat sejumlah rangkaian kereta rel listrik (KRL) di Dipo KRL Depok, Jawa Barat (Yulius Satria Wijaya/Antara)Soal biaya juga bikin terkejut sewindu yang lalu. Saat saya nge-tap out KRL, saya kaget ternyata ongkosnya hanya Rp 3.000. Serius nih? Angkot di kampus saya saja dulu ongkosnya juga segitu, padahal tidak jauh. Ini saya naik kereta lebih setengah jam, dengan gerbong AC, hanya Rp 3.000? Ternyata ada yang murah ya di Jakarta.Baca juga: One Day Trip di Pasar Baru: Menyantap Ragusa Ice Cream hingga Bakmi Gang KelinciTransjakarta (Rifkianto Nugroho)Saat naik Transjakarta juga seperti itu. Saya sempat cemas saat terjebak macet, jalan memutar-mutar hingga melewati banyak halte dan juga transit. Ah, alamak mahal ini saya kena ongkos. Ternyata saldo kartu saya hanya dikurangi Rp 3.500. Serius, nih?Tidak hanya untuk transportasi berangkat dan pergi ke tempat kerja, untuk menuju destinasi wisata pun KRL, Transjakarta, KRL, dan MRT memudahkan. Ke Monas, Kota Tua, Ragunan, Pasar Senen, Ancol, Museum Nasional, Blok M saya telusuri semua dengan naik KRL dan Transjakarta.Urusan membayar itu semakin menegaskan keterhubungan atau integrasi transportasi publik di Jakarta. Ya, sejak diluncurkan pada 2020, sistem integrasi JakLingko telah meliputi seluruh armada PT Transjakarta, MRT Jakarta, LRT Jakarta, KRL Commuter Line, serta MRT KAI Bandara Soekarno-Hatta. Itu masih ditambah layanan Mikrotrans yang menggunakan kendaraan kecil jenis angkot.Kini kendati belum genap satu dekade merantau, saya mulai terbiasa dan hapal rute-rute tertentu dari KRL, Transjakarta dan MRT. Apalagi tempat-tempat wisata di Jakarta yang berdekatan dengan transportasi umum, saya 80 persen hapal lho. Alasan saya naik transportasi umum, selain murah, rutenya juga banyak ke destinasi wisata Jakarta yang populer.Baca juga: Festival Cahaya di Kota Tua Jakarta Sambut Tahun Baru 2025, Ini JadwalnyaSkywalk Simpang Temu Lebak Bulus dirancang untuk mendukung mobilitas masyarakat perkotaan. Fasilitas transportasi, wisata dan hiburan diintegrasikan dalam satu lokasi strategis. (Andhika Prasetia/detikcom)Minggu lalu, saya juga sempat berbincang singkat dengan Djoko Setijowarno, akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata sekaligus wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat. Dia mengatakan transportasi umum di Jakarta sudah seperti kota besar di dunia."Public transportation di Jakarta itu sudah sama seperti kota-kota besar di dunia. Artinya, dia telah men-cover wilayah Jakarta hingga 90%. Coba kita keluar dari gang-gang di Jakarta, sekitar 500 meter saja pasti kita dapat transportasi umum. Jakarta sudah ideal," kata Djoko.Saya pun mengamini dalam hati. Iya sih, saya pun merasakan kemudahan itu.Saya lalu terkenang momen seharian berkeliling kota Taipei bulan lalu. Di sana saya sempat naik bus dan MRT-nya. Dalam benak saya saat naik bus "Oh, ini mirip ya rasanya naik Transjakarta,".Saat naik MRT pun saya juga 'tidak kaget' karena di Jakarta juga sudah ada, kan? Yang membuat saya kagum, di Taipei jalur MRT-nya banyak. Dalam satu stasiun, kamu bisa naik beberapa rute. Beda di Jakarta yang hanya punya satu rute.Kalau bicara tentang rute wisata Jakarta, memang menyenangkan naik transportasi umum. Dengan ongkos murah, keliling Jakarta tak perlu pening. Naik KRL ongkosnya mulai Rp 3.000, naik Transjakarta hanya Rp 3.500 kemanapun, naik JakLinko gratis dan naik MRT mulai Rp 3.000.Destinasi mana yang tidak dijangkau transportasi umum di Jakarta? Lebak Bulus yang lagi ramai karena Gokart Avenue itu pun bisa dijangkau dari MRT Lebak Bulus.Monas, Museum Nasional, dan Perpustakaan Nasional bisa dijangkau dari Halte Monas. Kota Tua pun bisa dijangkau dengan Transjakarta atau KRL. Mau ke Ragunan? Ada kok haltenya, kamu tinggal pilih rute menuju ke Halte Ragunan.Apalagi? Oh, Ancol juga bisa kok ditempuh dengan Transjakarta dan KRL. Blok M yang lagi viral? Ada rute Transjakarta dan MRT ke sana. Bicara ongkos murah, Jakarta juaranya.Baca juga: Akademisi: Transportasi Umum di Jakarta Sudah IdealLRT Jakarta (Pradita Utama)Rupanya pengembangan transportasi umum itu adalah bagian dari cita-cita Jakarta menjadi kota global. Dalam situs resmi Pemerintah DKI Jakarta, terdapat tiga aspek inti dalam rencana pembangunan Jakarta sebagai kota global, yakni kelayakan huni yang mencakup aspek perumahan hingga kesehatan bagi warga, kelayakan lingkungan yang mencakup fasilitas pengolahan sampah, sanitasi, serta air limbah, dan yang ketiga adalah aksesibilitas yang mencakup aspek pembangunan transportasi umum dan jaringan jalan.Apalagi ternyata, seiring dengan makin berkembangnya transportasi umum, UMKM di sekitarnya juga semakin 'hidup.Traveler tentu tahu, kawasan Blok M yang dulu diberitakan 'hidup segan mati tak mau' itu berubah menjadi destinasi paling hits di Jakarta, di kalangan anak muda. Apapun makanan di sana pasti viral, pasti ramai, pasti banyak antrean!Apakah itu karena kekuatan media sosial? Tentu saja! Tapi, keberadaan transportasi umumlah yang membuat daerah Blok M itu hidup.Mulai dari Transjakarta, MRT, dan KRL bisa menjangkau kawasan ini. Beragamnya pilihan dan murahnya ongkos menjangkaunya, membuat anak muda Jabodetabek rela merapat ke sini seharian.Ini bukanlah klaim saya saja. Beberapa waktu lalu kami bertemu dengan beberapa anak muda di Blok M yang mereka kemana-mana naik transportasi umum. Mereka menikmati kemudahan aksesibilitas di Jakarta.Harapannya, semoga saat jam sibuk dan libur panjang, Transjakarta dan KRL bisa memperbanyak jadwalnya hingga tulang rusuk ini tidak perlu kena sikut setiap hari.***Penulis adalah wartawan detikcom.

Klik untuk melihat komentar
Lihat komentar
Artikel Lainnya