Kebijakan tarif terbaru yang diluncurkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menuai kecaman. Gelombang protes seantero Amerika tidak terhindarkan.Dirangkum detikcom, Senin (7/4/2025), kebijakan ekonomi dari Trump itu mendapatkan sentiment dari banyak negara. Pasalnya kebijakan itu mengguncang sistem perdagangan global yang berdampak pada situasi ekonomi internasional.Kebijakan deportasi massal di bawah pemerintahan terbaru Trump juga mendapatkan kritik keras. Kebijakan itu dianggap menimbulkan sentimen rasial di Amerika.Publik merespons keras deretan kebijakan ekstrem dari Trump. Gelombang demonstrasi bukan hanya terjadi di Amerika, namun juga di negara Eropa.Dilansir AFP, Minggu (6/4/2025), ada puluhan ribu orang yang melakukan unjuk rasa. Ini merupakan demonstrasi terbesar sejak Trump kembali ke Gedung Putih.Baca juga: Prabowo Buka Suara soal UU TNI, Demo hingga UrgensinyaMereka menyampaikan keberatan atas kebijakan Trump seperti pemangkasan jumlah staf pemerintah hingga tarif perdagangan dan pengikisan kebebasan sipil -- berunjuk rasa di Washington, New York, Houston, Florida, Colorado, dan Los Angeles, pada Sabtu (5/4) waktu setempat."Saya sangat marah, saya sangat marah, sepanjang waktu, ya. Sekelompok pemerkosa kulit putih yang memiliki hak istimewa mengendalikan negara kita. Itu tidak bagus," kata seorang pelukis di New York, Shaina Kesner, yang bergabung dengan kerumunan demonstran yang berdemo di jantung kota Manhattan.Di Washington, ribuan demonstran -- banyak yang datang dari seluruh Amerika Serikat -- berkumpul di National Mall, tempat puluhan pembicara menggalang aksi demo menentang Trump."Kami memiliki sekitar 100 orang yang datang dengan bus dan van dari New Hampshire untuk memprotes pemerintahan yang keterlaluan ini (yang) menyebabkan kita kehilangan sekutu di seluruh dunia, dan menyebabkan kehancuran bagi orang-orang di sini di tanah air," kata Diane Kolifrath (64), seorang pemandu wisata sepeda."Mereka menghancurkan pemerintahan kita," imbuhnya.