Viral Klaim Tas Mewah Eropa Dibuat di China, Pakar: Konsumen RI Perlu Bijak

Viral Klaim Tas Mewah Eropa Dibuat di China, Pakar: Konsumen RI Perlu Bijak

dtg2025/04/18 08:05:39 WIB
Presiden AS Donald Trump saat mengunjungi pabrik Louis Vuitton di Texas pada 2019. (Foto: Nicholas Kamm / AFP)

Belakangan marak konten di TikTok berupa ajakan untuk membeli produk luxury brand Eropa yang diklaim dibuat di China menyusul kontroversi tarif dagang dari Presiden AS Donald Trump. Di tengah ketidakpastian keaslian barang tersebut, fenomena ini perlu disikapi dengan bijak oleh konsumen.

Trump sempat memberlakukan tarif impor baru ke negara-negara mitra dagangnya, tanpa terkecuali Uni Eropa, termasuk Italia dan Prancis yang terkenal citranya sebagai produsen produk fashion mewah. Untuk negara Eropa, tarif mengalami kenaikan hingga 20 persen sehingga memicu spekulasi akan terjadi penyesuaian harga untuk produk mode yang masuk ke AS.Baca Juga :Viral Pengakuan Pabrik: Tas Gucci Hingga Louis Vuitton Ternyata Made in ChinaMeski Trump pada akhirnya menunda kebijakan tersebut, pasar sudah terlanjur memberi reaksi. Muncul berbagai penawaran sebagai alternatif dari barang mewah Eropa yang harganya jauh lebih murah. Seperti yang ditawarkan oleh mereka yang mengaku sebagai pembuat tas branded di China.Dalam unggahan yang tengah viral itu, mereka mengaku kebanyakan dari barang tersebut sebetulnya diproduksi di China sebelum akhirnya dikirim ke Eropa dan dilabeli 'made in France' atau 'made in Italy'.Workshop tas Hermes di Montbron, Prancis. (Foto: MEHDI FEDOUACH/AFP via Getty Images)Dari sisi konsumen, memverifikasi kebenaran klaim tersebut adalah keniscayaan. "Kita tidak tahu mereka bikin (versi) aslinya atau bukan. Itu yang orang perlu ingat," kata konsultan bisnis Lynda Ibrahim kepada Wolipop, Kamis (17/4/2025), saat menanggapi fenomena yang muncul di tengah perang dagang antara China-AS tersebut.Salah satu konten seperti yang diunggah akun @NewsNexusOfficial tampak begitu meyakinkan. Pria di video tersebut secara detail menjelaskan material hingga teknik pembuatan tas Hermes Birkin. Latar video menampilkan suasana para pekerja sedang membuat tas tersebut.Baca Juga :Ekspansi Luxury Brand di Indonesia, Hermes Hingga Loewe Buka Butik Baru"Modal membuat tas Birkin hanya US$ 1.000. Di butik, harganya minimal US$ 10.000. Beli di sini saja," ujar pria itu.Dilansir dari The Independent, muncul pula video yang menampilkan seorang kreator mengklaim bisa menjual celana yoga dari pabrik yang sama dengan pemasok Lululemon seharga US$ 5-US$ 6 atau sekitar Rp 75.000-Rp 90.000, alih-alih US$ 100 seperti di tokonya. Video tersebut telah disaksikan lebih dari 10 juta kali.Model menenteng tas keluaran rumah mode Balmain. (Foto: Pascal Le Segretain/Getty Images)Terlepas dari asli atau tidak, Lynda tak memungkiri bahwa kemunculan produk fashion dupe alias 'KW' dari China sebenarnya sudah sangat lumrah, termasuk di pasar Indonesia."To be perfectly honest, barang palsu dari China sebenarnya bukan barang baru di ITC kita. Oleh karena itu, kalau akhirnya ternyata barang yang muncul di TikTok itu adalah versi dupe, sebenarnya tidak akan terlalu mengubah pasar yang ada sekarang. Paling hanya muncul sebuah cluster baru. Kalau kita ke Mangga Dua, mungkin akan ditemui banyak barang dijual dengan embel-embel 'produk yang lagi tren di TikTok'," jelas Lynda yang juga seorang kolumnis budaya dan gaya hidup itu.Baca Juga :Harga Tas Branded Berpotensi Ikut Naik Efek Tarif Impor TrumpBelum ada tanggapan dari sejumlah induk perusahaan luxury brand seperti LVMH (pemilik 75 merek termasuk Louis Vuitton, Dior, Loewe), ataupun Kering (yang menaungi nama-nama seperti Gucci, Balenciaga, dan Saint Laurent), terkait klaim yang membanjiri TikTok belakangan ini. Namun, keduanya memastikan tidak ada satupun tas atau barang mereka lainnya dibuat di China.Adapun Lululemon menyebut memang ada beberapa barang yang diproduksi di China, tapi hanya tiga persen. Jurubicara Lululemon, seperti dikutip dari The Independent, menyebut perusahaan tersebut secara transparan memperlihatkan daftar mitra kerja mereka, termasuk dari China, dan dapat diakses di situsnya.

Klik untuk melihat komentar
Lihat komentar
Artikel Lainnya